Situasi yang terjadiketikaadaperbedaanpendapatatauperbedaancarapandangdiantarabeberapaorang, kelompokatauorganisasi.
Sikapsalingmempertahankandirisekurang-kurangnyadiantaraduakelompok, yang memilikitujuandanpandanganberbeda, dalamupayamencapaisatutujuansehinggamerekaberadadalamposisioposisi, bukankerjasama.
ASPEKPOSITIFDALAMKONFLIK
Konflikbisajadimerupakansumberenergidankreativitas yang positifapabiladikeloladenganbaik. Misalnya, konflikdapatmenggerakansuatuperubahan : 1 .Membantusetiaporanguntuksalingmemahamitentangperbedaanpekerjaandantanggungjawabmereka. 2. Memberikansaluranbaruuntukkomunikasi.
3. Menumbuhkansemangatbarupadastaf. 4. Memberikankesempatanuntukmenyalurkanemosi. 5. Menghasilkandistribusisumbertenaga yang lebihmeratadalamorganisasi.
Konflikdapatberkembangkarenaberbagaisebabsebagaiberikut: 1. Batasanpekerjaan yang tidakjelas 2. Hambatankomunikasi 3. Tekananwaktu 4. Standar, peraturandankebijakan yang tidakmasukakal 5. Pertikaianantarpribadi 6. Perbedaan status 7. Harapan yang tidakterwujud
PENGELOLAANKONFLIK
Konflikdapatdicegahataudikeloladengan:
1. Disiplin: Mempertahankandisiplindapatdigunakanuntukmengeloladanmencegahkonflik. Manajerperawatharusmengetahuidanmemahamiperaturan-peraturan yang adadalamorganisasi. Jikabelumjelas, merekaharusmencaribantuanuntukmemahaminya.
2. PertimbanganPengalamandalamTahapanKehidupan: Konflikdapatdikeloladenganmendukungperawatuntukmencapaitujuansesuaidenganpengalamandantahapanhidupnya. Misalnya; Perawat junior yang berprestasidapatdipromosikanuntukmengikutipendidikankejenjang yang lebihtinggi, sedangkanbagiperawat senior yang berprestasidapatdipromosikanuntukmendudukijabatan yang lebihtinggi.
3. Komunikasi: SuatuKomunikasi yang baikakanmenciptakanlingkungan yang terapetikdankondusif. Suatuupaya yang dapatdilakukanmanajeruntukmenghindarikonflikadalahdenganmenerapkankomunikasi yang efektifdalamkegitansehari-hari yang akhirnyadapatdijadikansebagaisatucarahidup.
4. Mendengarkansecaraaktif: Mendengarkansecaraaktifmerupakanhalpentinguntukmengelolakonflik. Untukmemastikanbahwapenerimaan para manajerperawattelahmemilikipemahaman yang benar, merekadapatmerumuskankembalipermasalahan para pegawaisebagaitandabahwamerekatelahmendengarkan.
TEKNIKATAUKEAHLIANUNTUKMENGELOLAKONFLIK
Pendekatandalamresolusikonfliktergantungpada : 1. Konflikitusendiri 2. Karakteristikorang-orang yang terlibatdidalamnya 3. Keahlianindividu yang terlibatdalampenyelesaiankonflik 4. Pentingnyaisu yang menimbulkankonflik 5. Ketersediaanwaktudantenaga
STRATEGI :
Menghindar Menghindarikonflikdapatdilakukanjikaisuataumasalah yang memicukonfliktidakterlalupentingataujikapotensikonfrontasinyatidakseimbangdenganakibat yang akanditimbulkannya. Penghindaranmerupakanstrategi yang memungkinkanpihak-pihak yang berkonfrontasiuntukmenenangkandiri. Manajerperawat yang terlibatdidalamkonflikdapatmenepiskanisudenganmengatakan “Biarlahkeduapihakmengambilwaktuuntukmemikirkanhalinidanmenentukantanggaluntukmelakukandiskusi”
Mengakomodasi Memberikesempatanpadaorang lain untukmengaturstrategipemecahanmasalah, khususnyaapabilaisutersebutpentingbagiorang lain. Hal inimemungkinkantimbulnyakerjasamadenganmemberikesempatanpadamerekauntukmembuatkeputusan. Perawat yang menjadibagiandalamkonflikdapatmengakomodasikanpihak lain denganmenempatkankebutuhanpihak lain ditempat yang pertama.
Kompetisi Gunakanmetodeinijikaandapercayabahwaandamemilikilebihbanyakinformasidankeahlian yang lebihdibanding yang lainnyaatauketikaandatidakinginmengkompromikannilai-nilaianda. Metodeinimungkinbisamemicukonfliktetapibisajadimerupakanmetode yang pentinguntukalasan-alasankeamanan.
KompromiatauNegosiasi Masing-masingmemberikandanmenawarkansesuatupadawaktu yang bersamaan, salingmemberidanmenerima, sertameminimalkankekurangansemuapihak yang dapatmenguntungkansemuapihak.
MemecahkanMasalahatauKolaborasi - Pemecahansama-samamenangdimanaindividu yang terlibatmempunyaitujuankerja yang sama. - Perluadanyasatukomitmendarisemuapihak yang terlibatuntuksalingmendukungdansalingmemperhatikansatusamalainnya.
PETUNJUKPENDEKATANSITUASIKONFLIK : 1. Diawalimelaluipenilaiandirisendiri 2. Analisaisu-isuseputarkonflik 3. Tinjaukembalidansesuaikandenganhasileksplorasidirisendiri. 4. Aturdanrencanakanpertemuanantaraindividu-individu yang terlibatkonflik 5. Memantausudutpandangdarisemuaindividu yang terlibat 6. Mengembangkandanmenguraikansolusi 7. Memilihsolusidanmelakukantindakan 8. Merencanakanpelaksanaannya
Dalaminteraksidaninterelasisosialantarindividuatauantarkelompok, konfliksebenarnyamerupakanhalalamiah. Dahulukonflikdianggapsebagaigejalaataufenomena yang tidakwajardanberakibatnegatif, tetapisekarangkonflikdianggapsebagaigejala yang wajar yang dapatberakibatnegatifmaupunpositiftergantungbagaimanacaramengelolanya.
Dari pandanganbarudapatkitalihatbahwapimpinanataumanajertidakhanyawajibmenekandanmemecahkankonflik yang terjadi, tetapijugawajibuntukmengelola/memanajkonfliksehinggaaspek-aspek yang membahayakandapatdihindaridanditekanseminimalmungkin, danaspek-aspek yang menguntungkandikembangkansemaksimalmungkin.
A. FaktorManusia 1. Ditimbulkanolehatasan, terutamakarenagayakepemimpinannya. 2. Personil yang mempertahankanperaturan-peraturansecarakaku. 3. Timbulkarenaciri-cirikepriba-dian individual, antara lain sikapegoistis, temperamental, sikapfanatik, dansikapotoriter.
B. FaktorOrganisasi 1. Persaingandalammenggunakansumberdaya. Apabilasumberdayabaikberupauang, material, atausaranalainnyaterbatasataudibatasi, makadapattimbulpersaingandalampenggunaannya. Inimerupakanpotensiterjadinyakonflikantar unit/departemendalamsuatuorganisasi.
2. Perbedaantujuanantar unit-unit organisasi. Tiap-tiap unit dalamorganisasimempunyaispesialisasidalamfungsi, tugas, danbidangnya. Perbedaanini sering mengarahpadakonflikminatantar unit tersebut. Misalnya, unit penjualanmenginginkanharga yang relatifrendahdengantujuanuntuklebihmenarikkonsumen, sementara unit produksimenginginkanharga yang tinggidengantujuanuntukmemajukanperusahaan.
3. Interdependensitugas. Konflikterjadikarenaadanyasalingketergantunganantarasatukelompokdengankelompoklainnya. Kelompok yang satutidakdapatbekerjakarenamenungguhasilkerjadarikelompoklainnya.
4. Perbedaannilaidanpersepsi. Suatukelompoktertentumempunyaipersepsi yang negatif, karenamerasamendapatperlakuan yang tidak “adil”. Paramanajer yang relatifmudamemilikipresepsibahwamerekamendapattugas-tugas yang cukupberat, rutindanrumit, sedangkan para manajer senior men¬dapattugas yang ringandansederhana.
5. Kekaburanyurisdiksional. Konflikterjadikarenabatas-batasaturantidakjelas, yaituadanyatanggungjawab yang tumpangtindih.
6. Masalah “status”. Konflikdapatterjadikarenasuatu unit/departemenmencobamemperbaikidanmeningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggapsebagaisesuatu yang mengancamposisinyadalam status hirarkiorganisasi.
Akibat-akibatKonflik Konflikdapatberakibatnegatifmaupunpositiftergantungpadacaramengelolakonfliktersebut. Akibatnegatif • Menghambatkomunikasi. • Mengganggukohesi (keeratanhubungan). • Mengganggukerjasamaatau “team work”. • Mengganggu proses produksi, bahkandapatmenurunkanproduksi. • Menumbuhkanketidakpuasanterhadappekerjaan. • Individuataupersonilmenga-lamitekanan (stress), mengganggukonsentrasi, menimbulkankecemasan, mangkir, menarikdiri, frustrasi, danapatisme. AkibatPositifdarikonflik: • Membuatorganisasitetaphidupdanharmonis. • Berusahamenyesuaikandiridenganlingkungan. • Melakukanadaptasi, sehinggadapatterjadiperubahandan per-baikandalamsistemdanprosedur, mekanisme, program, bahkantujuanorganisasi. • Memunculkankeputusan-keputusan yang bersifatinovatif. • Memunculkanpersepsi yang lebihkritisterhadapperbedaanpendapat. Cara atauTaktikMengatasiKonflik Mengatasidanmenyelesaikansuatukonflikbukanlahsuatu yang sederhana. Cepat-tidaknyasuatukonflikdapatdiatasitergantungpadakesediaandanketerbukaanpihak-pihak yang bersengketauntukmenyelesaikankonflik, beratringannyabobotatautingkatkonfliktersebutsertakemampuancampurtangan (intervensi) pihakketiga yang turutberusahamengatasikonflik yang muncul.
Diatasiolehpihak-pihak yang bersengketa: Rujuk: Merupakansuatuusahapendekatandanhasratuntukkerja-samadanmenjalanihubungan yang lebihbaik, demikepentinganbersama.
Persuasi: Usahamengubahpo-sisipihak lain, denganmenunjukkankerugian yang mungkintimbul, denganbuktifaktualsertadenganmenunjukkanbahwausulkitamenguntungkandankonsistendengannormadanstandarkeadilan yang berlaku.
Tawar-menawar: Suatupenyelesaian yang dapatditerimakeduapihak, dengansalingmempertukarkankonsesi yang dapatditerima. Dalamcarainidapatdigunakankomunikasitidaklangsung, tanpamengemukakanjanjisecaraeksplisit.
Pemecahanmasalahterpadu: Usahamenyelesaikanmasalahdenganmemadukankebutuhankeduapihak. Proses pertukaraninformasi, fakta, perasaan, dankebutuhanberlangsungsecaraterbukadanjujur. Menimbulkanrasasalingpercayadenganmerumuskanalternatifpemecahansecarabersamade¬ngankeuntungan yang berimbangbagikeduapihak.
Penarikandiri: Suatupenyelesaianmasalah, yaitusalahsatuataukeduapihakmenarikdiridarihubungan. Cara iniefektifapabiladalamtugaskeduapihaktidakperluberinteraksidantidakefektifapabilatugassalingbergantungsatusama lain.
Pemaksaandanpenekanan: Cara inimemaksadanmenekanpihak lain agar menyerah; akanlebihefektifbilasalahsatupihakmempunyaiwewenang formal ataspihak lain. Apabilatidakterdapatperbedaanwewenang, dapatdipergunakanancamanataubentuk-bentukintimidasilainnya. Cara ini sering kurangefektifkarenasalahsatupihak hams mengalahdanmenyerahsecaraterpaksa. Intervensi (campurtangan) pihakketiga: Apabilafihak yang bersengketatidakbersediaberundingatauusahakeduapihakmenemuijalanbuntu, makapihakketigadapatdilibatkandalampenyelesaiankonflik.
Arbitrase (arbitration): Pihakketigamendengarkankeluhankeduapihakdanberfungsisebagai “hakim” yang mencaripemecahanmengikat. Cara inimungkintidakmenguntungkankeduapihaksecarasama, tetapidianggaplebihbaikdaripadaterjadimunculperilakusalingagresiatautindakandestruktif.
Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang diundanguntukmenengahisengketa. Mediator dapatmembantumengumpulkanfakta, menjalinkomunikasi yang terputus, menjernihkandanmemperjelasmasalahsertamela-pangkanjalanuntukpemecahanmasalahsecaraterpadu. Efektivitaspenengahantergantungjugapadabakatdanciriperilaku mediator.
Konsultasi: Tujuannyauntukmemperbaikihubunganantarkeduapihaksertamengembangkankemampuanmerekasendiriuntukmenyelesaikankonflik. Konsultantidakmempunyaiwewenanguntukmemutuskandantidakberusahauntukmenengahi. la menggunakanberbagaiteknikuntukmeningkatkanpersepsidankesadaranbahwatingkahlakukeduapihakterganggudantidakberfungsi, sehinggamenghambat proses penyelesaianmasalah yang menjadipokoksengketa.
Hal-hal yang PerluDiperhati-kanDalamMengatasiKonflik: 1. Ciptakansistemdanpelaksanaankomunikasi yang efektif. 2. Cegahlahkonflik yang destruktifsebelumterjadi. 3. Tetapkanperaturandanprosedur yang bakuterutama yang menyangkuthakkaryawan. 4. Atasanmempunyaiperananpentingdalammenyelesaikankonflik yang muncul. 5. Ciptakanlahiklimdansuasanakerja yang harmonis. 6. Bentuklah team work dankerja-sama yang baikantarkelompok/ unit kerja. 7. Semuapihakhendaknyasadarbahwasemua unit/eselonmerupakanmatarantaiorganisasi yang salingmendukung, janganada yang merasa paling hebat. 8. Binadankembangkanrasasolidaritas, toleransi, dansalingpengertianantar unit/departemen/ eselon.
Manajemenkonfliksangatberpengaruhbagianggotaorganisasi, baikorganisasisekolahmaupunorganisasilainnya. Kepalasekolahdituntutmenguasaimanajemenkonflik agar konflik yang munculdapatberdampakpositifuntukmeningkatkanmutusekolah. Kenyataandilapangankhususnyadiinstitusipendidikan, kepalasekolahjustruengganuntukmenerapkanmanajemenkonflik, karenaberanggapankepadaparadigma lama dimanakonfliklebihbesarpengaruhnegatifnya (mudaratnya). Lebihdariitu, bagaimanakepalasekolahbersamatenagakependidikanlainnyadapatmemenejkonflikuntukmeningkatkanmutusekolah. Menghadapidinamikaperubahaninitentumenyisakanberbagaimacamproblematika. Permasalahan-permasalahan yang timbulituperludikenali, bahkanmasalah-masalah yang masihberujudpotensiperludidoronguntukmunculdenganharapandapatdiantisipasiataudicarikansolusinya agar tidakberdampaknegatifterhadapkemajuansekolah. Beberapapermasalahan yang munculataumasihberujudpotensiituantara lain sebagaiberikut :
4) Budayagantipemimpingantikebijakan. Hal demikianini sering membuat para pelakuditingkatbawahmenjadikebingungankarenakebijakan lama belumjelasmenampakkanhasil, tetapisudahharusmenyesuaikandengankebijakanbaru yang perlupenyesuaiankembali.
5) Belumsiapnyasumberdaya yang adaterutama para stake holders ditingkatbawahuntukmenghadapiperubahan-perubahan yang hampirterjadisetiapsaat.
6) Pemahamanterhadapmanajemensekolah sering membuatkitajadisulitmenentukanpilihanmanakah yang harusdilakukanterlebihdahulu.
9) Masihdijumpaitenagakependidikan (guru/kepalasekolah) berperanganda yang seharusnyalebihfokusterhadaptugaspokokdanfungsinyasebagaipengajar, tepaijugaharusmenguruskebutuhanpemenuhansaranaprasaran, fisikgedungsekolah yang rusak atau kurang layak untuk berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif. Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah yang tercermin dalam EMASLIM dirasa sangat berat, padahal SD belum dilengkapi dengan tenaga kependidikan yang khusus bekerja di bidang ketata usahaan, perpustakaan, sehingga praktis semua tugas yang ada di SD menjadi tanggung jawab guru / kepala sekolah.
10) Budaya reward and punishment yang tidak proporsional, sehingga melahirkan kecemburuan sosial dan menurunnya semangat dan etos kerja.
11) Pemberlakuan masa jabatan kepala sekolah 4 tahunan, dapat berdampak positif untuk memacu kinerja yang lebih optimal, tetapi dapat pula berdampak negatif terutama bagi kepala sekolah yang sudah memangku jabatan ketika aturan tersebut diberlakukan. Ada gejala post power syndrom dan kecemasan untuk kembali bertugas hanya sebagai guru biasa.
12) Walaupun realitanya belum berjalan tetapi pemberlakuan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2006 tentang Guru dan Dosen, dimana guru harus memenuhi kualifikasi guru professional dapat mengakibatkan kecemburuan sosial diantara para tenaga kependidikan, mengingat pemberlakukannya tidak serentak. Seleksi awal menggunakan pola yang dianggap kurang fair seperti pendidikan minimal S1 atau D4, masa kerja minimal 20 tahun, golongan minimal IV/a, dan perbandingan jumlah siswa : guru minimal 1 : 25. Menurut Webster (1966) dalam Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin, istilah “conflict” dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan, atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Arti kata itu kemudian berkembang menjadi “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan”. Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin memaknai konflik sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest) atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. Konflik dapat terjadi pada berbagai macam keadaan dan pada berbagai tingkat kompleksitas. Konflik merupakan sebuah duo yang dinamis.
Konflik dapat terjadi hanya karena salah satu pihak memiliki aspirasi tinggi karena allternatif yang bersifat integrative dinilai sulit didapat. Ketika konflik semacam ini terjadi, maka ia akan semakin mendalam bila aspirasi sendiri atau aspirasi pihak lain bersifat kaku dan menetap Aspirasi dapat mengakibatkan konflik karena salah satu dari dua alasan, yaitu masing-masing pihak memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka mampu mendapatkan sebuah objek bernilai untuk diri mereka sendiri atau mereka percaya bahwa berhak memeiliki objek tersebut. Pertimbangan pertama bersifat realistis, sedangkan pertimbangan kedua bersifat idealis. Munculnya konflik tidak selalu bermakna negatif, artinya jika konflik dapat dikelola dengan baik , maka konflik dapat memberi kontribusi positif terhadap kemajuan sebuah organisasi. Beberapa startegei mengatasi konflik antara lain adalah (1) Contending (bertanding) yaitu mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai salah satu pihak atau pihak lain; (2) Yielding (mengalah) yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima kurang dari apa yang sebetulnya diinginkan; (3) Problem Solving (pemecahan masalah) yaitu mencari alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak; (4) With Drawing (menarik diri) yaitu memilih meninggalkan situasi konflik baik secara fisik maupun psikologis. With drawing melibatkan pengabaian terhadap kontroversi, dan (5) Inaction (diam) tidak melakukan apapun, dimana masing-masing pihak saling menunggu langkah berikut dari pihak lain, entah sampai kapan.
Konflik, dapat dikatakan sebagai suatu oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi, yang disebabkan oleh adanya berbagai macam perkembangan dan perubahan dalam bidang manajemen serta menimbulkan perbedaan pendapat, keyakinan, dan ide. Dalam pada itu, ketika individu bekerja sama satu sama lain dalam rangka mewujudkan tujuannya, maka wajar seandainya dalam waktu yang cukup lama terjadi perbedana-perbedaan pendapat di antara mereka. Ibarat piring, banyak yang pecah atau retak, hanya karena bersentuhan dengan piring lainnya.
Menurut Mulyasa pada umumnya konflik berlangsung dalam lima tahap, yaitu tahap potensial, konflk terasakan, pertenangan, konflik terbuka, dan akibat konflik. (1) Tahap potensial, yaitu munculnya perbedaan di antara individu, organisasi, dan lingkunan merupakan potensi terjadinya konflik; (2) Konflik terasakan, yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh individu, dan mereka mulai memikirkannya; (3) Pertentangan, yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di anatara individu atau kelompok yang saling bertentangan; (4) Konflik terbuka, yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi permusuhan secara terbuka; (5) Akibat konflik, yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap kehidupan dan kinerja organisasi. Jika konflik terkelola dengan baik, maka akan menimbulkan keuntungan, seperti tukar pikiran, ide dan menimbulkan kreativitas. Tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dan melampaui batas, maka akan menimbulkan kerugian seperti saling permusuhan.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Konflik adalah sesuatu yang wajar terjadi di masyarakat, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. (Wikipedia Indonesia, 27 November 2006) Adapun factor – factor penyebab konflik antara lain (1) perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan; (2) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula. seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya; (3) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok, diantaranya menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial; dan (4) Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Di sekolah, konflik dapat terjadi dalam semua tingkatan, baik intrapersonal, interpersonal, intragrup, intergrup, intraorganisasi, maupun interorganisasi. (1) Konflik intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang. Konflik intrapersonal akan terjadi ketika individu harus memilih dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan, dan bimbang mana ynag harus dipili untuk dilakukan. Misalnya, konflik antara tugas sekolah dengan acara pribadi. Konflik ini bias diibaratkan seperti makan buah simalakama, dimakan salah tidak dimakan juga salah, dan kedua pilihan yang ada memiliki akibat yang seimbang. Konflik intrapersonal juga bisa disebabkan oleh tuntutan tugas yang melebihi kemampuan. (2) Konflik interpersonal, yaitu konflik yang terjadi antar individu. Konflik yang terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan dimana hasil bersama sangat menentuan. Misalnya konflik antar tenaga kependidikan dalam memilih mata pelajaran unggulan daerah. (3) Konflik intragrup, yaitu konflik anta angota dalam satu kelompok. Setiap kelompok dapat mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik substantif terjadi karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda, ketika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tangapan emosional terhadap suatu situasi tertentu. Contoh konflik intragrup, misalnya konflik yang terjadi pada beberapa guru dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP); (4) Konflik intergrup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik intergrup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbedaan prsepsi, perbedaan tujuan, da meningkatkatnya tuntutan akan keahlian. Misalnya konflik antar kelompo guru kesenian dengan kelompok guru matematika. Kelompok guru kesenian memandang bahwa untuk membelajarkan lagu tertentu dan melatih pernafasan perlu disuarakan dengan keras, sementara kelompok guru matematika merasa terganggu, karena para pesereta didiknya tidak konsentrasi belajar.; (5) Konflik intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagia dalam suatu organisasi. Misalnya konflik antara bidang kurikulum dengan bidang kesiswaan. Konflik intraorganisasi meliputi empat sub jenis : (a) Konflik vertikal, yang terjadi antara pimpinan dan bawahan yang tidak sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya konflik antara kepala sekolah dengan tenaga kependidikan; (b) Konflik horizontal, yang terjadi antar karyawan atau departemen yang memiliki hierarkhi yang sama dalam organisasi Misalnya antara tenaga kependidikan; (c) Konflik lini-staf, yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang keterlibatan staf dalam proses pengambilan keputusan leh manajer lini. Misalnya konflik antara kepalA sekolah dengan tenaga administrasi; (d) Konflik peran, yang terjadi karena seserang memiliki lebih dari satu peran. Misalnya kepala sekolah menjabat sebagai ketua dewan pendidikan; (e) Konflik interorganisasi, yang terjadi antar organisasi. Konflik inter organisasi terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sama lain, konflik terjadi bergantung pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik yang terjadi antara sekolah dengan salah satu organisasi masyarakat. Metode penyelesaian konflik meliputi :
1. Dominasi atau supresi Metode-metode dominasi dan supresi biasanya memilki dua macam persamaan, yaitu : (a) Mereka menekan konflik, dan bahkan menyelesaikannya dengan jalan memaksakan konflik tersebut menghilang “di bawah tanah”; (b) Mereka menimbulkan suatu situasi manang-kalah, di mana pihak yang kalah terpaksa mengalah kaena otoritas lebih tinggi, atau pihak yang lebih besar kekuasaanya, dan mereka biasanya menjadi tidak puas, dan sikap bermusuhan muncul. Tindakan supresi dan dominasi dapat terjadi dengan macam-macam cara sebagai berikut :
a. Memaksa (Forcing) Apabila orang yang berkuasa pada pokoknya menyatakan “Sudah, jangan banyak bicara, saya berkuasa di sini, dan Saudara harus melaksanakan perintah saya”, maka semua argumen habis sudah. Supresi otokratis demikian memang dapat menyebabkan timbulnya ekspresi-ekspresi konflik yang tidak langsung, tetapi destruktif seperti misalnya ketaatan dengan sikap permusuhan (Malicious obedience) Gejala tersebut merupakan salah satu di antara banyak macam bentuk konflik, yang dapat menyebar, apabila supresi (peneanan) konflik terus-menerusa diterapkan.
b. Membujuk (Smoothing) Dalam kasus membujuk, yang merupakan sebuah cara untuk menekan (mensupresi) konflik dengan cara yang lebih diplomatic, sang manager mencoba mengurangi luas dan pentingnya ketidaksetujuan yang ada, dan ia mencoba secara sepihak membujuk phak lain, untuk mengkuti keinginannya. Apabila sang manager memilki lebih banyak informasi dibandingkan dengan pihak lain tersebut, dan sarannya cukup masuk akal, maka metode tersebut dapat bersifat efektif. Tetapi andaikata terdapat perasaan bahwa sang menejer menguntungkan pihak tertentu, atau tidak memahami persoalan yang berlaku, maka pihak lain yang kalah akan menentangnya.
c. Menghindari (Avoidence) Apabila kelompok-kelompok yang sedang bertengkar dating pada seorang manajer untuk meminta keputusannya, tetapi ternyata bahwa sang manajer menolak untuk turut campur dalam persoalan tersebut, maka setiap pihak akan mengalami perasaan tidak puas. Memang perlu diakui bahwa sikap pura-pura bahwa tidak ada konflik, merupakan seuah bentuk tindakan menghindari. Bentuk lain adalah penolakan (refusal) untuk menghadapi konflik, dengan jalan mengulur-ulur waktu, dan berulangkali menangguhkan tindakan, “sampai diperoleh lebih banyak informasi”
d.Keinginan Mayoritas (Majority Rule) Upaya untuk menyelesaikan konflik kelompok melalui pemungutan suara, dimana suara terbanyak menang (majority vote) dapat merupakan sebuah cara efektif, apabla para angota menganggap prosedur yang bersangkutan sebagai prosedur yang “fair” Tetapi, apabila salah satu blok yang memberi suara terus-menerus mencapai kemenangan, maka pihak yang kalah akan merasa diri lemah dan mereka akan mengalami frustrasi.
2. Kompromis Melalui tindakan kompromi, para manajer mencoba menyelesaikan konflik dengan jalan menghimbau pihak yang berkonflik untuk mengorbankan sasaran-sasaran tertentu, guna mencapai sasaran-sasaran lain. Keputusan-keputusan yang dicapai melalui jalan kompromi, agaknya tidak akan menyebabkan pihak-pihak yangberkonflik untuk merasa frustasi atau mengambil sikap bermusuhan. Tetapi, dipandang dari sudut pandanga organisatoris, kompromis merupakan cara penyelesaian konflik yang lemah, karena biasanya tidak menyebabkan timbulnya suatu pemecahan, yang paling baik membantu organisasi yang bersangkutan mencapai tujuan-tujuannya. Justru, pemecahan yang dicapai adalah bahwa ke dua belah pihak yang berkonflik dapat “hidup” dengannya. Bentuk-bentuk kompromis mencakup (a) Separasi (Separation), pihak yang berkonflik dipisahkan sampai mereka mencapai suatu pemecahan; (b) Aritrasi (Arbitration), pihak-pihak yang berkonflik tunduk terhadap keputusan pihak keiga (yang biasanya tidak lain dari pihak manejer mereka sendiri); (c) Mengambil keputusan berdasarkan factor kebetulan (Settling by chance), keputusan tergantung misalnya dari uang logam yang dilempar ke atas, mentaati peratuan-peraturan yang berlaku (resort to rules) , dimana para pihak yang bersaingan setuju untuk menyelesaikan konflik dengan berpedoman pada peraturan-peraturan yang berlaku; (d) Menyogok (Bribing), Salah satu pihak menerima imbalan tertentu untuk mengakhiri konflik terjadi.
3. Pemecahan problem integrative Dengan metode ini konflik antar kelompok dialihkan menjadi sebuah situasi pemecahan masalah bersama, yang dapat dipecahkan dengan bantuan teknik-teknik pemecahan masalah. Pihak-pihak yag berkonflik, bersama-sama mencoba memecahkan problem yang timbul antara mereka. Justu mereka tidak menekan konflik ataupun mencoba mencari suatu kompromis, tetapi mereka secara terbuka bersama-sama mencoba mencari sebuah pemecahan yang dapat diterima oleh semua pihak. Ada tiga macam tipe metode penyelesaian konflik secara integrative yaitu metode (a) Consensus (concencus); (b) Konfrontasi (Confrontation); dan (c) Penggunaan tujuan-tujuan superordinat