PADA suatu saat perasaan kita merasa tidak enak karena ulah seseorang,  itulah yang namanya sakit hati. Hati yang sakit itu baik tertusuk duri.  Aduh, dada nyeri sekali. Rasanya sampai mau muntah darah dan kepala pun  jadi seperti dipalu; pusing tujuh keliling.Tetapi darah tak juga muntah  dari mulut, yang termuntahkan adalah air mata yang meleleh dari sudut  mata yang pedih. "Sakit hati bukanlah hal yang aneh dalam pergaulan ini.  Untuk itu, maka kita harus siap menerimanya!"  Apakah kau termasuk  wanita/lelaki yang mudah tersinggung? pada dasarnya, semua orang itu mudah  tersinggung. Sebab perasaan kita itu terdiri dari benang - benang halus  yang sangat peka. Tanpa asanya benang - benang itu seseorang tidak akan  bisa berkomunikasi.  Sebab ia telah mati rasa. Teatapi seseorang yang  benang perasannya terlalu peka juga tidak bisa diajak komunikasi. Sebab  ia 'sakit' - maksudnya, mudah sakit hati. Seseorang yang sakit hati  jelas menderita. Inilah yang menyebabkan, bila seseorang sakit hati  biasanya ada yang merasa sakit kepala, gatal - gatal, sulit tidur, lemas  dan sebagainya. Kalau sudah begini, berarti orang itu tertusuk duri  benang perasaannya sendiri. Sangat menyiksa, jelas! Karena tidak bisa  berbuat apa - apa. Pekerjaan pun jadi terlantar.  Sakit hati seseorang  bisa di sebabkan oleh berbagai sebab, itu tergantung kepekaan seseorang.  Bagi yang mudah tersinggung, soal sepele saja menyebabkan sakit hati.  Tapi, bagi yang "kebal" semua ulah orang tak digubrisnya. Bagi yang  bijak, segala perlakuan orang terhadapnya selalu diterimanya dengan  sabar, kemudian dicerna dengan kepala dingin. Perlukah ia sakit hati?  Ini jelas menjadi pertimbangan bagi orang - orang yang bijak. Pada  dasarnya, sakit hati itu merugikan diri sendiri.
TIGA BUTIR BIANG KELADI Apa saja? Yang menyebabkan seseorang sakit hati itu ada 3 penyebabnya, yaitu: emosi yang meledak - ledak, purba sangka (rasa curiga yang menukik) dan ketiga menolak tanpa alasan yang kuat. Uraiannya begini. Misal, pada suatu hari (malam minggu) pacarmu tidak datang tanpa kabar berita. Paginya kau jumpa seorang temanmu, Ani misalnya. Nah, Ani berkata padamu, bahwa semalam ia melihat pacarmu naik taksi bersama seseorang gadis cantik. Mendengar berita Ani ini kau langsung "sakit hati"sebab kau 'emosi' - kau marah, sebab pacarmu bersama wanita lain. Mengapa kau marah? Karena kau kalah dengan emosimu yang meledak - ledak. dari sini lalu timbul purba sangka (curiga yang menukik): Ah, pasti pacarku itu punya pacar lagi. Ia mata keranjang. Ia mendua. Tak sudi aku. Kurang ajar banget dia dan sebagainya - kau pasti mengumpat - umpat. Nah, ketika pacarmu datang, tanpa babibu kau langsung bermuka masam. Tentu saja pacarmu bingung. Kedatangannya untuk menjelaskan bahwa malam minggu kemarin tidak bisa datang karena ada saudara datang dari luar kota dan ia harus mengantarkannya ke rumah B yang cukup jauh. Sehingga malam minggu tidak bisa apel dan juga tidak sempat memberi kabar. soalnya, saudaranya datang mendadak. Karena kau emosi, purba sangka dan menolaknya tanpa alasan, maka ia tidak mendapat kesempatan menjernihkan persoalan. Akibatnya kau sakit hati. Kau menangis - nangis. Akibatnya, hubunganmu dengannya putus. Sakit hati pun makin menjadi - jadi! Ini akibat dari orang yang emosi, penuh purba sangka dan menolak tanpa alasan. Segala sesuatu, tingkah laku dalam pergaulan tidak bisa di hadapi dengan sikap emosi, penuh purbasangka dan menolak tanpa alasan. Segalanya harus diterima dengan kepala dingin. Ini resepnya untuk menghindari sakit hati. Bila tidak mampu mengendalikan emosi akibatnya akan frustasi sendiri. Sebab, semua yang diperbuat seseorang akan menyinggung perasaan. Kan rugi sendiri. Sakit hati atau tidaknya seseorang memang tergantung pada diri orang itu sendiri.
      Dunia yang damai adalah dunia yang tenang, sedikit sekali dinodai  perlakuan perlakuan (ulah-ulah) yang menyebabkan sakit hati. Dalam  pergaulan, banyak hal - hal atau ulah - ulah seorang disekitar kita yang  menyebabkan kita sakit hati. Misal, kesombongan, keangkuhan, kesenang -  wenangan, kecurangan,kelicikan, kenakalan dan sebagainya. Masing -  masing orang yang melakukannya itu merasa benar. Sementara kita sulit  menerimanya, bahkan tidak bisa. Tetapi jangan menganggap, bahwa kelakuan  kita itu paling baik, paling benar. Sebab, belum tentu ulah kita itu  menyenangkan orang lain. Untuk menghindari sakit hati maka diperlukan  jalan keluar, yaitu: 
1. Menerima Apa Adanya.       Ini memang tidak  mudah, untuk menerima kehadiran orang - orang sekitar kita dengan apa  adanya. Misal, si A itu cerewet, si B tukang bual, si C agen gosip, si D  penipu dan sebagainya. Orang yang bermacam - macam ulahnya itu  bagaimana mungkin semua mengena dihati kita? Pada mulanya memang sulit,  tetapi bila kita terus menerus mengadakan latihanuntuk menerima mereka  apa adanya, toh akhirnya bisa juga. Dasarnya kita hrus berpikir, orang  itu memang lain - lain sifatnya, tergantung dari mana ia berasal dan  bagaimana latar belakang kehidupannya. Dari sini kita bisa memakluminya. 
  2. Asah - Asih Dan Asuh.        Bila kita telah menerima siapa saja  dengan apa adanya, berarti kita harus bisa memperlakukannya dengan  motto: asah, asih dan asuh. Yaitu, kita menerimanya dengan segala  kekurangan dan kelebihannya, untuk kemudian meluruskannya. Seseorang  dapat kita 'luruskan' (sesuai dengan kehendak kita), apabila kita  menyayangginya (asih). Bila masih juga bandel, kita ajar dia dengan  pelajaran yang paling kita anggap baik (kita asah). Dengan demikian,  ulahnya tidak menyakiti kita. Dari sini kita bisa merintis menjadi  seorang pemimpin. 
3. Menimbang Dan Menimbang         Sakit hati  biasanya terjadi karena kita tidak memaafkan orang yang dianggap  menyakiti perasaan kita. Tetapi bila kita memaafkannya, pasti sakit hati  itu hilang. Cara memaafkannya, jelas harus dipertimbangkan. Apakah  ulahnya itu benar - benar telah kelewat batas, sehingga dianggap benar -  benar salah? Coba catatkesalahan dia, untuk dibandingkan dengan  kebaikanny. Dari sini lalu dipertimbangkan. Keputusan ada pada diri  orang yang menimbang itu. 
4. Menyendiri Dan Menyepi         "kalau  tidak mau sakit hati, hidup saja sendiri di hutan sana!" Pernah ada  seseorang mengatakan demikian. Apa yang dikatakannya itu memeng benar.  Dihutan pun (meskipun tidak ada orang) seseorang bisa sakit hati oleh  karena ulah binatang, misalnya, atau sakit hati oleh dirinya sendiri.  Seseorang bisa saja sakit hatioleh dirinya sendiri. Misalnya, mengerutu:  "Mengapa saya ini pengecut?" atau "Mengapa saya ini jerawatan? Jadi  Rudi tak mencintaiku!" Boleh saja menyendiri dan menyepi, tapi untuk  merenungkan (mengoreksi) diri. Misalnya kau sakit hati karena sikap  temanmu, Tanti. Nah, dalam kesendirian itu kau bisa berpikir,"Kenapa ya  Tanti bisa berlaku begitu padaku? Apa salahku?" Dari sini kau harus  berpikir keras, mengapa Tanti bisa bersikap sekejam itu terhadapmu. Bila  kau ternyata salah, mintalah maaf. Tapi bila tidak, kau harus  menjelaskan agar tanti mengerti . Sehingga persoalan menjadi jernih. Kau  tidak sakit hati lagi. Untuk menghindari sakit hati, kita memang harus  bersikap terbuka dan sportif.

0 komentar:
Posting Komentar